html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Wednesday, March 11, 2009

RAMBUT
Seorang creative director dari advertising agency Sontolojo punya rencana yang menurut sebagian orang nyeleneh: mendirikan salon khusus. Apa khususnya ? Setiap pelanggan yang datang tidak boleh memesan bentuk rambut tentu. Pelanggan cuma boleh duduk dan menyerahkan sepenuhnya urusan bentuk rambut ke pemotong rambut.
“Ini konsep yang kreatif dan unik. Nggak ada yang kepikiran ini.” Begitu ujar si creative director dengan bangganya. Memang tidak ada yang terpikir konsep ini. Tapi masalahnya, ada tidak yang menyukai konsep ini ? Si creative director benar-benar membuka salon ini. Sebulan kemudian dia terpaksa menutup salon ini tanpa mau mengaku berapa banyak pelanggan yang sudah mampir ke tempat ini.

Agak jauh dari salon ini, ada potong rambut Heri. Yang memotong memang bernama Heri. Dia menekuni profesi ini lebih dari 20 tahun. Ada banyak pelanggannya yang menggunaka jasanya juga lebih dari 20 tahun. Salah satunya adalah petinggi Angkatan Laut yang setiap kali ingin cukur memintanya untuk datang. . Aryo berlangganan di potong rambut ini baru 5 tahun. Dia sudah berkeliling ke berbagai salon. Tapi rasanya baru di tempat ini dia merasanya rambutnya diperlakukan dengan sepantasnya dan sebenarnya. Apa rahasianya ? Bang Heri cuma menyebut dua hal. Pertama, memotong rambut disesuaikan dengan bentuk wajah. Kedua, memotong rambut disesuaikan dengan selera pemilik rambut. Bang Heri sampai sekarang bersolo karir. Dulu pernah ada yang magang di tempatnya. Si anak magang ini dibebaskan untuk belajar dan mengambil jatah setiap pelanggan baru yang datang. Tapi ternyata dia tidak tahan. Dia tidak tahan dengan kesepian. Dia tidak tahan dengan prinsip bahwa kemajuan itu harus selangkah demi selangkah. Dia merasa frustrasi ketika pelanggan kebanyakan memilih untuk dipotong Bang Heri. ”Kenapa dia merasa begitu bekerja akan langsung dapat banyak pelanggan ? Semua mesti dimulai dari nol. Harusnya dia berpikir bagaimana caranya membuat pelanggan itu akan datang lagi ke sini minggu depan atau bulan depan.”
Bang Heri sampai detik ini masih mengenakan tarif Rp. 8.000. Sebuah angka yang hanya cukup untuk membeli 1 porsi makan siang minimalis di warteg. Karena itu sebagian pelanggannya yang lama memberi uang lebih. Rp 20.000 - Rp 50.000. Angka yang sangat tidak seberapa dengan kepuasan atas bentuk rambut hasil karya Bang Heri.

”Listeners, betapa seringnya kita merasa sok kreatif sehingga melupakan ajaran paling dasar bahwa orang mesti melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya. Bang Heri melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya. Keindahan dan keinginan si pelanggan jauh lebih penting dari keinginan bang Heri pribadi untuk memperkaya diri sendiri. Apa yang ada di benak si creatif director itu ? Apakah berbeda itu menjadi ukuran akhlak tertinggi sehingga melupakan bahwa orang punya hak dan selera sendiri terhadap rambutnya ? Apakah sebegitu kreatifnya dia sehingga menafikkan kenyataan bahwa orang lain atau pelanggan mempunyai hak untuk memilih ? Siapa yang mau mengikuti jejak si creative director ? Silakan. Ciptakan, misalnya, restoran tanpa menu. Kita akan lihat hasilnya.”

Comments: Post a Comment

This page is powered by Blogger. Isn't yours?