html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Thursday, December 22, 2005

PERUSAHAAN
Sepertiga –bahkan seringkali lebih-- dari hidup kebanyakan orang dihabiskan di kantor. Begitu besarnya porsi itu sehingga tidak berlebihan kalau ada yang mengatakan kebahagiaan masing-masing orang ditentukan oleh situasi kantor. Ketidakbahagiaan di kantor mengarah pada ketidakbahagiaan hidup. Hipotesis yang bisa diperderbatkan. Tapi minimal ini menarik untuk dipikirkan: Apa memang mungkin kita bahagia di kantor ?

Sebagian besar dari kita bekerja di perusahaan swasta. Apa sebenarnya perusahaan ?
Perusahaan adalah anak kandung kapitalisme. Seorang sutradara dokumenter dari Kanada, Mark Achbar dan Jennifer Abbott ini menyoroti perusahaan atau institusi korporasi secara khusus. Di mata hukum, sebuah perusahaan sebenarnya memiliki kedudukan yang sama dengan seorang manusia. Dia memiliki hak-hak, bisa memiliki properti, dan memiliki kekuasaan dan otoritas. Kalau korporasi adalah sesosok manusia, kita ingin tahu manusia seperti apakah itu?

Film ini secara rinci mengupas satu demi satu sifat-sifat dasar korporasi (judul film ini “Corporation”) kemudian menganalisisnya dari sudut pandang psikologi manusia. Setelah dianalisis menggunakan buku petunjuk diagnosa gangguan mental (Diagnostic and Statistical of Mental Disorders/DSM-IV) yang diterbitkan American Psychiatric Association, pada akhirnya disimpulkan bahwa sifat-sifat dasar korporasi menunjukkan sifat-sifat dasar orang yang menderita gangguan psikopat.

Prinsip-prinsip kerja sebuah korporasi yang mengarah ke sebuah ”kepribadian” yang antisosial dan psikopat itu antara lain egois, pengecut, amoral, tidak pernah merasa bersalah terhadap pihak lain, berbahaya bagi manusia yang menjadi pekerjanya, dan menghalalkan segala cara—termasuk menabrak norma-norma sosial dan aturan hukum—untuk mencapai tujuannya.
”Meski korporasi kadang-kadang suka menampakkan niat dan itikad baik kepada orang lain dalam bentuk yang mereka namakan corporate social responsibility, jangan pernah percaya! Karena korporasi hanya memiliki satu niat dan tujuan: keuntungan materi,” ujar Achbar dengan yakin.

Teknik Achbar untuk membayangkan perusahaan sebagai manusia ini menarik untuk kita jajaki. Sekarang coba kita bayangkan perusahaan sebagai seorang teman. Apa yang dilakukan perusahaan –sebagai teman-- ketika kita sedih ? Dia akan duduk tersenyum di depan kita sambil mengatakan bahwa dia adalah teman baik yang siap mendengarkan semua cerita kita ? Tidak !!! Perusahaan bukan jenis manusia seperti itu. Perusahaan tidak pernah peduli dengan perasaan kita. Perasaan bukan item yang diperhitungkan dalam hubungan kita dengan perusahaan. Perusahaan menjadi teman yang baik jika kita jelas-jelas punya kontribusi terhadap laba perusahaan. Perusahaan akan selalu tersenyum pada kita dan akan melakukan daya upaya supaya kita tidak keluar. Tapi begitu hilang kemampuan kita memberi kontribusi pada laba, perusahaan tidak akan tersenyum lagi. Tidak ada ungkapan teman suka duka buat perusahaan. Perusahaan cuma memandang teman yang bisa membuatnya suka cita .

Jika tahu karakter perusahaan seperti itu, jangan pernah memandang perusahaan dengan sentimentalitas. Perusahaan bukan teman yang enak untuk diajak ngobrol sembari ngopi berlama-lama. Perusahaan adalah teman yang tidak punya perasaan. Hari ini kau mengajukan surat pengunduran diri, besok perusahaan sudah lupa. Seakan-akan perusahaan berkata “siapa lu. jangan ngerasa istimewa. banyak orang yang lebih baik dari lu !” Karena itu tidak perlu kecewa pada perusahaan. Terima saja karakternya seperti itu. Terima saja ketika kita tiba-tiba perusahaan sama sekali tidak mencegah kepergian kita. Perusahaan sama sekali tidak menunjukkan keinginan untuk mempertahankan kita. Simpan sedu sedan itu. Kumpulkan energi untuk bisa bersikap positif terhadap perusahaan. Perusaahan memanfaatkan kita, kita manfaatkan dia juga dong. Bekerjalah banting tulang untuk menciptakan laba, tapi jangan lupa untuk terus-menerus meminta imbalan. Minta imbalan yang maksimal. Semakin maksimal imbalan yang kamu dapat, semakin cepat kamu bisa terbebas dari perusahaan. Itulah makna hakiki hubungan kita dengan perusahaan.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?