html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Monday, September 04, 2006

APA YANG KITA MILIKI ?
Ngobrol dengan teman lama seharusnya mengasyikan. Karena bisa jadi pelampiasan semangat nostalgik Tapi itu tidak terjadi ketika Aryo ngobrol lewat telpon dengan Wahab. Seorang teman lama. Lebih tepat disebut senior ketika kuliah dulu. Si Wahab ini bertugas di departemen luar negeri. Sudah dua kali menjalani penugasan di luar negeri. Di pos yang cukup bergengsi. Beberapa kali Aryo mencoba menelpon tapi selalu dijawab bahwa Wahab sedang tidur. Aryo bisa maklum karena Wahab saat ini menderita diabetes akut sehingga mungkin jadi cepat capek.

Akhirnya Aryo punya kesempatan ngobrol dengan Wahab. Tapi Aryo merasa tidak menemukan lagi keasyikan ngobrol dengan teman lama. Aryo merasakan kehampaan percakapan dengan orang asying. Memang Wahab ini –sepanjang yang dikenal Aryo—sangat praktis dalam berpikir. Tapi Aryo tetap tidak paham juga ketika Wahab menanyakan berapa gajinya, apa mobilnya sekarang, berapa dia beli rumah. Wow. Mereka dulu memang bersahabat tapi bukan berarti komunikasi bisa se “akrab” itu. Ada sesuatu yang hilang. Aryo tahu bahwa temannya ini tidak bermaksud menggeledah kekayaan pribadinya. Tapi Aryo merasa asing saja. Aryo merasa hidup menjadi begitu dangkal. Meski, setelah disebutkan mobil dan rumahnya, Wahab memuji Aryo sebagai orang yang berhasil, Aryo merasa asing. Merasa aneh.
Sementara Wahab mengaku sudah tidak semangat lagi mengejar karir atau uang. Justru itu paradoksnya. Ketika dia berada dalam titik terendah semangat untuk bekerja, justru dia menanyakan “apa yang dimiliki” untuk mengetahui tingkat keberhasilan temannya.

Setelah percakapan itu, Aryo tercenung dan coba memikirkan mengapa dirinya jadi malas untuk bertemu dengan Wahab. Setidaknya Aryo menemukan dua alasan. Pertama, Aryo risih dengan pernak-pernik kesuksesan yang begitu dangkal itu. Aryo tidak anti bisnis. Aryo merasa tidak anti terhadap semangat mengejar kekayaan. Tapi, sungguh dangkal rasanya, jika integritas kita cuma diukur dari apa yang kita punya. Cara mengukur yang aneh itulah yang membuat relasi pertemanan tiba-tiba menjadi menyebalkan. Kedua, rasanya malas berbincang dengan orang yang sudah tidak punya semangat mengejar masa depan. Ini bukan sok idealis. Ini sekadar persoalan kenyamanan berbincang. Obrolan menarik apa yang bisa dikeluarkan orang yang menganggap persoalan masa depan tidak menarik ? Si Wahab ingin berleha-leha. Ingin melakukan apa yang disukainya, yaitu: jalan-jalan ke kota lain dan memotret. Ya sudah biarkan dia bicara mengenai sesuatu yang hanya menarik buat dirinya sendiri.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?