html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Tuesday, October 05, 2004

TERBAIK
Aryo baru pulang dari Surabaya. Ia menghadiri audisi pemilihan bintang sinetron. Sebagaimana yang biasa terjadi, acara seperti ini selalu menjadi magnet bagi banyak orang. Mimpi menjadi artis telah menelusup kemana-mana. Termasuk Surabaya. Aryo tak terlalu memusingkan fenomena ini. Aryo justru terusik oleh perkara sepele. Ini dipicu pada acara penobatan pemenang. Si ketua panitia memberikan pidato singkat sebelum pengumuman pemenang, “…siapapun yang diumumkan sebagai pemenang, inilah hasil terbaik yang telah dilakukan para juri. selamat bagi para pemenang, dan jangan putus asa bagi yang tidak terpilih…..”
Apa makna kata “terbaik” di situ ? Apakah kata tersebut memberikan informasi spesifik atau sekadar sebuah kata yang tidak memberikan informasi apa-ap ?
Aryo berpikir: kata “terbaik” bukan lagi sebuah kata yang bermakna informatif. Hampir sama ketika orang bersapa “Hei apa kabar ?” Dan , kemudian yang disapa mengatakan “Baik”. Kata baik tidak memberikan informasi apa pun karena sudah begitu lazimnya kata itu diucapkan sebagai jawaban dari “apa kabar”. Orang yang sedih pun akan menjawab “baik” jika disapa “apa kabar”. Sumber informasi yang sebenarnya adalah ekspresi wajah. Ekspresi wajah akan menjelaskan apakah dia sedang sedih atau depresi atau memang baik-baik saja.
Kata “terbaik” pun kini begitu lazim diucapkan. Ketika seorang pindah ke tempat kerja baru, dia akan bilang, “saya merasa sangat nyaman selama ini bekerja dengan teman-teman di sini. Tapi saya rasa inilah yang terbaik buat saya….”
Kata “terbaik” di sini bahkan menjelma menjadi semacam sebuah alasan klise untuk mengaburkan alasan sebenarnya (mungkin saja sudah bosan dengan tempat kerja tersebut atau sedang konflik dengan atasan). Dalam kasus serupa, ini sering digunakan laki-laki atau –malah lebih sering-- perempuan untuk mengakhiri hubungan, “gue berat… tapi gue rasa ini yang terbaik … buat kita.”
Kata “terbaik” telah menjadi semacam pelarian. Ketika orang mengecam etos kerja kita, kita bilang “saya sudah mengerjakan yang terbaik”. Ketika khawatir terhadap kemungkinan terjadi penolakan terhadap sebuah tindakan, kita mengatakan, “inilah yang terbaik yang bisa dilakukan….”
Aryo memberikan kesempatan kepada para pendengar.
“Listeners, saya ingin tau. Adakah kata “terbaik” ini juga pernah anda gunakan untuk lari dari sesuatu ? Atau mungkin anda pakai untuk mengaburkan sesuatu ? Telpon saja ke 0816 192 1111. Saya ingin dengar pengalaman anda.”
Lagu Thank You dari Jon Bon Jovi mengalun. Aryo ingat sebuah nama: Cynthia. Sebuah nama yang mengingatkan Aryo pernah menggunakan kata “terbaik” dengan sangat terpaksa.


This page is powered by Blogger. Isn't yours?