html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Monday, November 21, 2005

MEREKA
Aryo merasa beruntung punya kesempatan mengenal orang-orang seperti Ram Punjabi, Manoj Punjabi, Leo Sutanto, Shanker, Chand Parwes Karno dan beberapa nama lain. Aryo seringkali memandang mereka mempunyai kemampuan yang jauuuuh. lebih besar ketimbang dirinya untuk berbuat sesuatu terhadap persinetronan maupun perfilman Indonesia. Mereka punya uang bermilyar-milyar dan punya akses ke bioskop dan stasiun tv. Tapi kenapa mereka tidak melakukan apa yang dipikirkan Aryo. (misalnya, membuat sinetron yang digarap sangat serius naskahnya) ? Itu pertanda apa yang dipikirkan Aryo tidak pernah mampir di pikiran mereka ? Atau, apa yang ada di pikiran Aryo pernah mampir di pikiran mereka tapi mereka tidak tergerak melakukannya ? Atau, apa yang dipikirkan Aryo juga pernah dipikirkan mereka dan pernah coba diusahakan tapi terbentur tembok tebal yang namanya rating ?

Intinya, meski Aryo berusaha menempatkan dirinya dalam perspektif orang paling praktis-pragmatis sekalipun, tetap saja sulit memahami nama-nama besar ini sama sekali tidak tergerak untuk membuat karya masterpiece. Dulu Ram Punjabi pernah memproduksi sinetron “Bukan Perempuan Biasa” dengan bintang Christine Hakim dan Deasy Ratnasari. Program ini memang tidak berhasil dalam hal rating, tapi menjadi perbicangan di banyak kesempatanya. Anehnya, Ram pun tidak terlalu berbangga dengan sinetron. Dalam berbagai kesempatan dia sering mengatakan, “saya pernah mencoba bikin karya idealis, “Bukan Perempuan Biasa”, tapi lihat kan, nggak berhasil.” Seakan-akan dia sekdar ingin membuang uang untuk membuktikan bahwa memproduksi tayangan idealis semacam itu tidak akan mendatangkan uang.”

Apa yang dipikirkan Aryo mungkin memang tidak pernah dipikirkan orang-orang tersebut. Percuma juga berandai-andai menjadi mereka jika memang ada jarak yang panjang dalam memahami idealisme. Idealisme seakan sebuah bentuk sempurna yang “udahlah lupain aja, kagak pernah laku’. Idealisme tidak lagi dipahami sebagai proses panjang untuk setahap demi setahap melakukan perbaikan. Memang tidak masuk akal berharap sinetron Bawang Merah Bawang Putih tiba-tiba berubah sekaliber Gilmore Girls. Tapi, bukankah Bawang Merah Bawang Putih pun punya kesempatan untuk menjadi tontonan yang wajar tanpa harus mengeksploitasi jahat-baik yang sangat sensasional ?

Saat ini, Aryo ini tidak pernah nonton televisi. Tapi ini pun bukan sikap yang baik untuk memprotes tayangan tv yang mandeg selama beberapa tahun.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?