html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Thursday, November 01, 2007

MANAJER
Satu lagi cerita tentang kualitas SDM Indonesia. Aryo mewawancarai seorang konglomerat tersohor pribumi.
Aryo : Senang sekali saya bisa memaksa bapak datang ke studio untuk ngobrol bersama para listeners. Awalnya oang kagum dengan bapak karena punya komitmen sangat kuat untuk mengangkat kualitas SDM Indonesia. Tapi saya perhatikan satu per satu tenaga kerja asing bapak rekrut. Apa alasannya ?
Konglomerat Tersohor (KT) : Begini. Dari dulu sampai sekarang komitmen saya nggak berubah. Saya ingin membangun merah putih. Karena itu saya ingin membangun perusahaan saya sebagai perusahaan yang bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar dunia.

Aryo : Karena itu bapak merekrut tenaga kerja asing ?
KT : Tunggu. Saya belum selesai. Maksud saya, kalau saya akhirnya terpaksa menggunakan manajer asing, itu pasti ada alasannya.

Aryo : Apa alasannya pa ?
KT : Tarif antara manajer lokal dan manajer asing itu sama. Sama-sama digaji di atas 100 juta. Tapi kalau sekarang saya butuh CEO untuk salah satu perusahaan saya. Coba tunjukkan satu nama yang bisa saya pilih !

Aryo : Nggak ada di antara 250 juta rakyat indonesia ?
KT : Sebut satu nama saja. Kerjanya bagus, punya visi sangat jelas mengenai bisnis.

Aryo : Saya nggak tahu pak.
KT : Saya sudah mencari. Dan, nggak ada. Yang ketemu adalah manajer singapura.

Aryo : Apa hebatnya dia dibanding manajer indonesia ?
KT : Saya beri ilustrasi. Pertama kali datang ketemu saya, saya bilang: lu nggak usah langsung kerja. Selama sebulan perhatikan pasar dan lihat-lihat situasi. Setelah itu datang ke saya dengan plan dan strategi. Apa yang terjadi ?

Aryo : Apa ?
KT : Meski sudah saya bebaskan seperti itu, dia tidak libur. Tiap malam jam tujuh dia datang ke outlet saya satu per satu. Dia mencatat dengan detil apa yang terjual, apa yang lama tidak terjual, menanyai pembeli. Menanyai petugas penjual. Setiap hari ! Bagaimana saya tidak tergoda untuk merekrut tenaga sehebat ini ?

Aryo : Etos kerja manajer Indonesia tidak seperti itu ?
KT : Setiap hari dan setiap saat saya selalu menantang para staf saya. Kalian ini nggak bisa lagi kerja asal-asalan. Kerja sekadar melaksanakan tugas. Kerja harus menghasilkan kualitas tertinggi yang tidak bisa dipenuhi oleh kompetitor. Itu baru namanya kerja. Kalian tidak hanya bersaing dengan lokal tapi dengan orang Cina dan India. Anda tahu apa yang dilakukan oleh Lee Kuan Yew ?

Aryo : Apa ?
KT : Setelah bertemu SBY, JK kemudian bertemu juga beberapa pengusaha Indonesia 2 bulan lalu, Lee Kuan Yee sepulang ke singapura mewajibkan semua sekolah di Singapura mempelajari bahasa indonesia.

Aryo : Untuk apa ?
KT : Singapura adalah negara kecil tanpa sumber daya alam. Dia harus punya sesuatu yang extraordinary untuk bisa survive. Dia punya Singapore Airlines yang bahkan lebih bagus daripada British Airways. Nah, yang juga bisa diandalkan Singapura adalah SDM-nya. Mereka bertekat menghasilkan manajer-manajer yang berkualitas global. Bayangkan kalau semua manajer singapura itu menguasai bahasa Indonesia dan menyerrbu Indonesia, mampu nggak manajer-manajer lokal bersaing ? Manajer lokal tidak bisa lagi meng-klaim bahwa mereka mempunyai kelebihan dalam hal bahasa.

Aryo terdiam. Aryo memoncong-moncongkan mulut. Telpon berdering.

Aryo : Halo.
Pendengar : Halo. Saya protes. Pengusaha seperti itu wajib diganyang. Pengusaha yang tidak nasionalis.

Aryo langsung menutup gagang telpon.
”Listeners, jangan lagi menggunakan kata nasionalisme untuk sekadar melindungi kelemahan kita. Kita memang kalah. Kalau kita nggak sadar juga, sudah saatnya anda mempertimbangkan kebenaran bahwa bangsa kita adalah bangsa yang bebal.”

Sekali lagi, Aryo terdiam. Aryo berpikir: kok bisa ya aku emosional untuk hal yang satu ini.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?