Friday, September 12, 2008
12 September 2008
Sliahturahmi
Kata silahturahmi sering diucapkan di antara kita. Sebagian bahkan menyampaikan ungkapan yang menjadi klise karena begitu seringnya diucapkan: jika ingin rejeki terus mengalir jagalah silaturahmi. Silaturahmi dalam pengertian Kamus adalah ”persahabatan” atau ”hubungan yang baik”. Menjaga silaturahmi berarti menjaga persahabatan. Dalam bahasa sehari-hari silahturahmi juga diartikan sebagai saling mengunjungi. Aryo merasa kata silaturahmi perlu dimaknai lagi dalam situasi modern seperti sekarang. Tatap muka bukan satu-satunya cara untuk menjaga silaturahmi. Hanya ada di depan komputer yang tersambung ke jaringan internet sudah bisa jadi alat menjaga silaturahmi. Itu dalam pengertian teknis, dalam pengertian prinsipil pun Aryo merasa dalam beberapa kasus dia tidak memiliki semangat silaturahmi. Aryo bahkan sengaja memutus tali silaturahmi. Kasus pertama, sahabat Aryo waktu SMA. Sebut saja namanya Didut. Waktu SMA Didut tekesan cowok polos. Gampang banget merasa kasihan pada orang tapi juga senang bercanda. Lulus SMA masuk sekolah ikatan dinas di bawah departemen keuangan. 15 tahun kemudian dia sudah kaya. Rumah 3, mobil 4, dan 1 usaha persewaan mobil. Statusnya: pegawai negeri dinas pajak. Dia masih suka menolong. Setiap kali ke bar, dia memberi tips sangat besar pada waitress karena itu dia sangat populer. Aryo tidak iri dengan semua kekayaan itu. Aryo merasa tidak bisa lagi bersahabat dengan orang seperti ini. Aryo tidak peduli dianggap telah memutus tali silahturahmi. Aryo tidak peduli disebut sok idealis karena tidak mau berteman dengan orang yang kaya dari uang negara. Aryo cuma merasa lebih baik untuk tidak punya silaturahmi dengan orang seperti ini.
Kasus kedua, teman SMP Aryo, kali ini anggap saja namanya Hanto. Kebalikan dari Didut, Hanto beralih ke arah kanan. Dia penggiat dakwah. Janggutnya dipelihara hingga panjang. Aryo menaruh respek pada pilihan dia meskipun sudah sulit mengharapkan komunikasi yang secair ketika masa SMP atau SMA. Hingga akhirnya Hanto masuk partai yang berbasis agama, sebut saja Partai Pokis. Suatu kali Aryo punya masalah dengan salah seorang anggota Pokis. Aryo minta bantuan saran mengenai masalah ini dari Hanto. Komentar yang keluar dari mulut Hanto adalah ”Nggak ada orang Pokis yang kayak gitu. Itu pasti oknum.” Aryo terdiam dan kemudian mengambil kesimpulan: Hanto telah dipenuhi sesuatu yang diyakininya sehingga membutakan matanya sendiri untuk melihat realitas. Aryo pun mengambil kesimpulan: tidak ada gunanya menjaga tali silaturahmi dengan orang alim semacam ini.
Kasus ketiga, Aryo paling malas reuni. Reuni cuma ajang basa-basi sekaligus pentas untuk unjuk diri dari sisi penampilan. Nanti saja kalau umur 60 baru perlu reuni karena sudah tidak ada lagi penampilan yang perlu dibanggakan.
“Listeners, jangan kuatir untuk memutus tali silaturahmi dengan beberapa orang karena dengan cepat anda mendapat gantinya hanya dengan masuk ke Friendter atau Facebook. Silaturahmi tidak perlu dijaga hanya karena dia pernah menjadi teman kita. Hidup selalu berubah. Jadi, silahturahmi tidak berarti sekali menjadi teman akan terus menjadi teman sampai mati.”
Sliahturahmi
Kata silahturahmi sering diucapkan di antara kita. Sebagian bahkan menyampaikan ungkapan yang menjadi klise karena begitu seringnya diucapkan: jika ingin rejeki terus mengalir jagalah silaturahmi. Silaturahmi dalam pengertian Kamus adalah ”persahabatan” atau ”hubungan yang baik”. Menjaga silaturahmi berarti menjaga persahabatan. Dalam bahasa sehari-hari silahturahmi juga diartikan sebagai saling mengunjungi. Aryo merasa kata silaturahmi perlu dimaknai lagi dalam situasi modern seperti sekarang. Tatap muka bukan satu-satunya cara untuk menjaga silaturahmi. Hanya ada di depan komputer yang tersambung ke jaringan internet sudah bisa jadi alat menjaga silaturahmi. Itu dalam pengertian teknis, dalam pengertian prinsipil pun Aryo merasa dalam beberapa kasus dia tidak memiliki semangat silaturahmi. Aryo bahkan sengaja memutus tali silaturahmi. Kasus pertama, sahabat Aryo waktu SMA. Sebut saja namanya Didut. Waktu SMA Didut tekesan cowok polos. Gampang banget merasa kasihan pada orang tapi juga senang bercanda. Lulus SMA masuk sekolah ikatan dinas di bawah departemen keuangan. 15 tahun kemudian dia sudah kaya. Rumah 3, mobil 4, dan 1 usaha persewaan mobil. Statusnya: pegawai negeri dinas pajak. Dia masih suka menolong. Setiap kali ke bar, dia memberi tips sangat besar pada waitress karena itu dia sangat populer. Aryo tidak iri dengan semua kekayaan itu. Aryo merasa tidak bisa lagi bersahabat dengan orang seperti ini. Aryo tidak peduli dianggap telah memutus tali silahturahmi. Aryo tidak peduli disebut sok idealis karena tidak mau berteman dengan orang yang kaya dari uang negara. Aryo cuma merasa lebih baik untuk tidak punya silaturahmi dengan orang seperti ini.
Kasus kedua, teman SMP Aryo, kali ini anggap saja namanya Hanto. Kebalikan dari Didut, Hanto beralih ke arah kanan. Dia penggiat dakwah. Janggutnya dipelihara hingga panjang. Aryo menaruh respek pada pilihan dia meskipun sudah sulit mengharapkan komunikasi yang secair ketika masa SMP atau SMA. Hingga akhirnya Hanto masuk partai yang berbasis agama, sebut saja Partai Pokis. Suatu kali Aryo punya masalah dengan salah seorang anggota Pokis. Aryo minta bantuan saran mengenai masalah ini dari Hanto. Komentar yang keluar dari mulut Hanto adalah ”Nggak ada orang Pokis yang kayak gitu. Itu pasti oknum.” Aryo terdiam dan kemudian mengambil kesimpulan: Hanto telah dipenuhi sesuatu yang diyakininya sehingga membutakan matanya sendiri untuk melihat realitas. Aryo pun mengambil kesimpulan: tidak ada gunanya menjaga tali silaturahmi dengan orang alim semacam ini.
Kasus ketiga, Aryo paling malas reuni. Reuni cuma ajang basa-basi sekaligus pentas untuk unjuk diri dari sisi penampilan. Nanti saja kalau umur 60 baru perlu reuni karena sudah tidak ada lagi penampilan yang perlu dibanggakan.
“Listeners, jangan kuatir untuk memutus tali silaturahmi dengan beberapa orang karena dengan cepat anda mendapat gantinya hanya dengan masuk ke Friendter atau Facebook. Silaturahmi tidak perlu dijaga hanya karena dia pernah menjadi teman kita. Hidup selalu berubah. Jadi, silahturahmi tidak berarti sekali menjadi teman akan terus menjadi teman sampai mati.”
Comments:
Post a Comment