html> SANG PENYIAR <$BlogRSDURL$>

Wednesday, February 18, 2004

MURUNG
Pernah tidak merasakan ketika bangun pagi hari tiba-tiba terasa murung tanpa sebab ? tidak ada kejadian sedih tadi malam atau tidak sedang menanggung masalah tapi terasa seolah-olah semua kesedihan ditumpahkan pada hari itu. itulah yang dirasakan Aryo hari ini. begitu membuka mata dan melihat ke jendela, awan terasa lebih hitam dari mendung-mendung biasanya. Aryo berpikir, "jangan-jangan pada dasarnya setiap laki-laki juga mengalami menstruasi. tidak biologis, tapi psikologis." sejauh yang dia ingat, beberapa kali dia mengalami sedih yang tidak bisa dicari sebabnya.
kali ini, Aryo ingin merayakannya. menghirup hawa kesedihan dan menyebarkan ke para pendengarnya.
"listeners, mari merayakan kesedihan. terlalu terbiasa kita dengan perayaan kegembiraan. sedih juga perlu dirayakan. so, ceritakan pada saya kisah anda yang spesifik, ucapan tertentu yang membuat anda sedihhhhhh."
lagu Aku Patut Membenci Dia dari Tere, mengalun. Doni (operator) rupanya langsung menyerap aroma kesedihan dan seketika memutar lagu itu.
telpon berdering.
Di seberang seseorang mengaku bernama Maya, umur 35, anak dua, suami satu yang mengidapt gagal ginjal sehingga harus dua kali seminggu melakukan cuci darah. suatu kali --sebagaimana biasa-- ia menemani suaminya cuci darah. tapi kali ini ada ucapan suami yang membuatnya sangat sedih, "Ma, aku ngerasa udah nggak ada harapan lagi. percuma uang terus keluar untuk memperpanjang hidup aku. anak-anak lebih perlu uang itu buat sekolah, buat masa depannya. mulai minggu depan, aku nggak perlu cuci darah lagi. biarkan aku mati."
untuk pertama kali dalam hidup Maya: sebuah ucapan mampu membuatnya menangis terisak-isak selama 1 jam nonstop. berbagai variasi rasa kesedihan berkecamuk.

sungguh di luar dugaan, ajakan perayaan kesedihan disambut dengan meriah. telpon berdering-dering. seorang pendengar pria menelpon sambil masih terisak-isak. ia bercerita tentang ibunya. ia menganggap ibunya adalah perempuan yang paling sabar di dunia. tak pernah marah, tak pernah punya pamrih. hingga akhirnya hari itu ia dikabari kalau ibunya dilaporkan ke polisi oleh saudara-saudara kandungnya sendiri dengan tuduhan menggelapkan uang warisan. "Bagaimana mungkin orang sebaik itu dianiaya seperti itu. aku sedih sekaligus marah. sangat-sangat marah. tapi yang bisa aku lakukan sekarang ... menangis terisak-isak."

Aryo menelan ludah. kesedihan menggumpal dalam ruangan. Aryo memijit kepalanya yang tegang akibat perayaan kesedihan yang begitu gempita. "listeners, biarkan kesedihan tak hanya jadi milik kita. biarkan dia jadi milik angkasa dan udara. selamat siang."

Comments: Post a Comment

This page is powered by Blogger. Isn't yours?